12 Desember 2016
12/12
5 Desember 2016
Yohana E. Saragih
1 Desember 2016
12th 12/12
Abis itu gua semangat banget kok program. piket dll. kecuali bina jasmani gua males. Eh terus ternyata susah yaa. Yang susah, bukan pdw tapi program. Iya dilema lah. Lama-lama kok ini W ngasih pilihan mulu kuliah apa W. Kalo kegiatan suka dari jumat jadi yaa.. susah. Terus piket dll gitu iyasih antara wajib ga wajib tapi jadi susah belajar. Apalah. Akhirnya ya gua kayaknya mutusin udahan dulu Wnya. Sedih. Prosesnya ga seenak yang dikira. Gua nangis2 dulu kok. Tapi ya gimana. Hidup adalah soal pilihan.
Gua UAS smt 3. Kayaknyna ip gua jelek deh garagara kebanynakan W semester ini. Bukan salah W. Salah gua yang ga bisa bagi waktu. Iya. Dah gitu aja
Tiba-tiba 2016 mau kelar aja. Semoga 2017 lebih baik ya. Semoga ip gua bagus biar bisa cepet lulus.
30 November 2016
24 November 2016
Pada akhirnya, bersyukurlah ia yang bisa kembali ke tempat dimana ia berasal. Kepada hati yang sudah familiar baginya. Kepada pelukan yang selalu menenangkannya. Kepada bahu yang sudah ribuan kali menampung air matanya.
Sebagaimana aku, bersyukur bahwa aku selalu kembali padamu. Di dunia apapun aku berada; dengan siapapun aku bergaul; pada akhirnya semua hilang, dan kau yang tetap ada.
Terima kasih
Bandung, 24 november 2016
Beberapa minggu yang lalu saya di vonis radang sendi lutut dan harus istirahat dari 9 November 2016 hingga 9 Desember 2016. Saya tidak bisa mengikuti susulan GH 1 dan GH 2, serta dengan niat sebelumnya untuk tidak ikut GH 3. Dan reboan kemarin, lagi-lagi saya mendapat kesan bahwa organisasi ini memang mewajibkan anggota mudanya untuk memilih. Dalam hati, saya merasa tersudutkan. Mungkin saya yang berlebihan atau terlalu ambil hati ya. Mungkin saya memang sudah saatnya memilih ya.
Saya selalu iri pada teman-teman yang yakin melanjutkan program, atau yakin tidak melanjutkan program. Karena saya tidak pernah yakin. Saya selalu berpikir, "jalani saja selama masih ada jalan. Kalau nanti buntu, ya sudah." Karena bahkan, sejak awal masuk organisasi ini, saya tidak tahu apa tujuan saya. Kakak-kakak disini sering bilang, "balik lagi ke niatnya." Sementara saya tidak tau alasan sebenarnya saya ikut pdw.
Seorang teman berkata pada saya bahwa beliau akan tidak melanjutkan program, karena berbagai pertimbangan. Kami berbincang sedikit. Beliau mengingatkan saya, bahwa sementara saya berkutat di organisasi ini, ada banyak anak seumuran saya yang mendalami disiplin ilmunya. Beliau menceritakan dirinya, yang merasa tertinggal dari generasinya yang sudah bekerja dan merintis karirnya. Mungkin beliau benar. Saya jadi teringat les bahasa belanda dan les bahasa inggris yang bisa saya ikuti, tapi saya tunda karena ingin serius di organisasi ini.
Tadinya, saya pikir organisasi ini akan jadi dunia saya. Tempat dimana saya bisa merasa nyaman. Saya sudah merasa nyaman sebenarnya. Setelah masuk organisasi ini, akhirnya saya tidak harus lagi menangis sendiri karena merasa kesepian. Saya akhirnya punya teman, punya saudara. Saya tidak lagi bingung harus apa setelah pulang kuliah. Saya pikir ini akan jadi tempat saya belajar, organisasi yang akan saya jalani selama kuliah.
Tadinya saya sudah membayangkan pergi ke pedalaman papua atau sumatera untuk melakukan ekspediain ORAD. Membayangkan saya bersama angkatan saya mengarungi sungai Mamberamo yang jadi hutang ekspedisi sebelumnya. Saya keling, lelah, tapi saya bahagia dan bangga. Atau saya akhirnya dapat menerbitkan tulisan saya. Tentang organisasi ini, tentang orang-orang yang ada di dalamnya. Membuat buku seperti buku Setitik Cahaya di Kegelapan. Yang menginspirasi. Yang membuka hati para pembacanya.
Tapi ternyata, saya tidak sanggup membayar opportunity costnya. Kuliah yang makin padat dan butuh pemahaman yang lebih dalam. Waktu untuk orang tua saya, yang cepat atau lambat akan berkurang seiring saya beranjak dewasa; yang manasaya tidak mau mengurangi waktu bersama mereka selama masih ada waktu. Waktu untuk mendalami lagi disiplin ilmu saya dengan banyak membaca dan sharing dengan orang-orang hebat. Waktu untuk les bahasa belanda dan les bahasa inggris demi mengejar cita-cita saya untuk sekolah magister hukum di Belanda. Atau waktu untuk mencoba bekerja, untuk memenuhi target saya untuk sudah punya mobil sebelum menikah.
Hidup adalah selalu soal pilihan. Antara menghabiskan akhir pekan dengan berorganisasi atau keluarga. Antara berkegiatan di satu organisasi atau organisasi lain. Antara membaca buku atau jalan-jalan. Bahkan setiap pagi kita memilih untuk bangun atau tidak. Dan saya selalu bermasalah dengan mengahadapi suatu pilihan.
Insyaallah, hari ini saya memilih untuk tidak melanjutkan dulu program anggota muda dari tim PPM 2016. Saya sudah belajar banyak, saya bahkan mendapatkan lebih dari ilmu, saya menemukan persahabatan. Terima kasih atas waktu dan ilmu yang telah diberikan. Maaf atas setiap sikap dan perilaku saya yang tidak sesuai. Semoga saya tidak menyesali jalan ini. Dan semoga kita semua diberi kelancaran dalam menjalankan setiap pilihan kita :)
19 November 2016
Mungkin ada saatnya kita harus pergi-
Agar tahu betul siapa yang merasa kehilangan saat kita tak ada.
Atau mungkin memang tak ada yang pernah datang untuk mencari.
Mungkin akan ada saatnya aku sadar, bahwa tak ada gunanya mengkhawatirkan setiap orang
Mengkhawatirkan apa aku disukai-
Mengkhawatirkan apa aku dibenci-
Mengkhawatirkan apa aku ditertawakan-
.
.
.
.
.
.
.
Mungkin akan ada saatnya aku bisa menerima.
Dengan berbahagia
16 November 2016
Antara Kekeluargaan dan Program.
1 November 2016
11/12
27 Oktober 2016
24 Oktober 2016
Latihan Navigasi Darat 1 Tapak Bara - Bara Rimba (26/98)
Organisasi ter-dadak-dadakan yang melatih setiap anggotanya untuk selalu siaga. Pemberitahuan Selasa malam 18/10/2016 dan pemberangkatan 21/10/2016 pagi pukul 04.00. Kaget lah. Jumat masih kuliah dan peralatan gunung hutan tersebar dimana-mana, ada yang masih dipinjem, dan ada juga yang rusak belum beli baru. Tadinya kecewa karena mikir ga bisa ikut karena ga mau ninggalin kuliah, tapi ternyata kakak-kakak tim PPM 2016 yang baik hati mengizinkan adanya pemberangkatan susulan yang pada awalnya direncanakan pada Jumat malam.
Jujur awalnya setengah hati dan males ikut latihan ini. Sudah berencana buat ke Jakarta bantuin adik-adik Sisga rapat perencanaan Pendidikan Dasar Gunung Hutan XXX, tiba-tiba ada agenda lain yang sama pentingnya. Dan ini akhir bulan, saya beserta anak kost dan anak rantau lain pasti merasakan masalah yang sama, duit udah abis. Tapi selalu ada solusi dari setiap persoalan. Wanadri selalu punya jalan. Setelah mengatasi berbagai hambatan, akhirnya berangkatlah saya, Ka Abdul, Ka John, Ka Adlan dan Ka Ari, sebagai regu susulan di dampingi Ka Alfi dan Ka Ucil pada Sabtu dini hari. Dan ternyata, ada banyak cerita dua hari berikutnya.
Bahkan ceritanya sudah dimulai sebelum pemberangkatan. Jumat malam sebelum berangkat kami harus mengurus surat izin jalan (SIJ) yang baru bisa diproses kalau sudah fix siapa saja pesertanya. Jam 22.30 baru mau ngeprint SIJ, eh kertasnya di sekre abis. Jadi harus ngeprint diluar. Dan dimana tempat yang tengah malem masih buka? Yap, Dipati Ukur. Ya Allah malem-malem ke DU buat ngeprint selembar doang. SELEMBAR. Udah nih ngeprint naik motor berdua Ka Abdul, udah pulang lagi nyerahin SIJ ke Ka Ruslan. Ternyata SIJ itu harus ada copynya jadi harus balik lagi ngeprint. Dan ditambah lagi gue ninggalin flashdisk Ka Alfi di tempat fotocopyan jadi panik harus balik lagi Aceh-DU-Aceh-DU-Aceh tengah malem. Dingin luar biasa naik motor tengah malem gini. Baru beres jam 1 dan cuma tidur 2 jam, jam 3 bangun langsung siap2 lagi. Warbiyazza. Abis itu jam 4.19 dini hari berangkat, dianterin sama Ka Adrian naik mobil avanzanya yang ajaib bisa muat 8 orang + carrier segede gaban. Saya duduk didepan ga tidur nemenin dia nyetir dan ngomongin pool party yang isinya koko koko. ya Allah. Ada aja.
Saya suka sebenarnya navigasi darat, karena banyak yang saling membidik dan menembak #eaa. Bukan deng, karena navigasi darat itu ga ada abisnya materinya. Dari awal di Sisga saya cuma kenal teori resection intersection yang ga pernah dipraktekkan, hingga sekarang kemana-mana mulai rajin bawa peta dan kompas. Resection intersection itu mudah teorinya, tapi prakteknya, kalo jarang ke lapangan kaya saya, pasti bingung, misalnya, persoalan dimana letak puncakan yang kita bidik pada peta, persoalan mau resection tapi kehalangan pohon, atau disorientasi di tengah punggungan yang lebar dan ga jelas sudut punggungannya. Tapi saya juga suka mageran kalau sudah mengerahkan seluruh daya pikir untuk menemukan koordinat saat ini, tapi ternyata hasilnya nihil, perkiraan saya melenceng jauh. Kalau sudah begitu, masa bodo dengan peta dan kompas, saya cari jalan setapak atau ikut saja kemana teman didepan jalan. Bukan sikap bernavigasi yang baik! Tapi ya gimana sebel.
Dari yang awalnya super mager berangkat, tapi kemudian keadaan di lapangan merubah mood saya 180 derajat! It was soooo fun. Praktek lapangan pertama bareng angkatan kesayangan. Cinta-cintaku. Kasih-kasihku. Walaupun sedih jumlahnya sedikit, tapi tetap berkesan. Semoga yang ga ikut latihan ini dan membaca tulisan ini jadi kepengen dan tah betapa bahagianya praktek lapangan. Pertama, ini ga kaya PDW yang latihan navigasinya tertekan takut salah, disini kalau salah dikasih tau sama kakaknya. Sebenernya bukan dikasih tau sih, disuruh nyari lagi sampe ketemu. Dan akhirnya dengan kode-kode dari kakaknya, ketemu juga. Gini ngasih taunya tuh, misalnya, "coba liat itu di timur kalian ada apa" atau "coba kalian ukur ini puncakan berapa lebarnya". Clue seperti itu ternyata membantu loh.
Dan kebahagiaan yang luar biasa saat bertemu dengan regu lain pada waktu makan siang. Seneng bisa ketemu lagi dengan (26/98) orang Tapak Bara- Bara Rimba. Masak-masak bareng lagi, dan for the first time of my life, di atas gunung saya masak sop dengan sayuran beneran! Sudah tidak lagi makan indomie melulu kalo naik gunung, sejak PDW, kami diajarkan untuk bawa makanan enak ke atas. Kemaren waktu makan siang diajarin sama Kang Erwin caranya motong sayuran ga pake talenan, pake tangan doang!
Disini sejak ketemu sama regu besar, jadi lebih sering ngelakuin sistem jalan yang namanya 'susur punggung temen'. Karena yang harusnya misalnya jalan dengan cara susur punggungan, yang belakang jadi cuma ngikutin aja itu temen didepannya kemana. Dan kadang lebih sering ngkutin jalan setapak sampe suka ga peka sama keadaan sekitar. Hari Sabtu sempat jalan ke arah yang salah dan nyasar beberapa ratus meter sebelum akhirnya sampai di titik tujuan.
Dan menurut saya, yang paling berkesan adalah di Sabtu malam. Dari sore sudah sampe ke titik bivak, jadi santai bisa bikin bivak, cari bahan api unggun dan masak makan malam. Ini yang luar biasa dari Wanadri, tidur di bivak ponco ternyata bisa diubah jadi suatu hal yang super nyaman. Keenam kelompok navdar ini bivaknya deket-deketan, jadi bisa main main ke bivak tetangga buat cari makanan atau cari kehangatan di api unggun orang. Bisa ngobrol-ngobrol, bounding. Latihan navdar 1 ini kaya acara bounding angkatan jadinya. Pencairan katanya.
Malem, evaluasi dan briefing di depan api unggun bareng kakak-kakak pendamping juga. Eval di Wanadri ga kaya di Sisga yang bikin mau kabur, eval di wanadri itu mendekatkan, walaupun sedikit ngantuk. Kemaren sebelum eval ada perkenalan diri, isinya nama, nomor amw/nrp, kegiatan apa yang lagi dilakuin, umur, status, dll. Jadi seneng bisa tau sebenernya apa aja kegiatan teman-teman yang lain. Terus kan boleh nanya, terus ka siapa gitu kemaren, setiap ada yang berdiri memperkenalkan diri, dia pertanyaannya, "Status?" Sumpah ini pertanyaan penting ga penting. Dan dia cowo tapi nanya juga ke cowo. Creepy. Setelah selesai eval pukul 22, regu saya makan lagi haha dan saya bersyukur teman-teman seregu saya sama-sama laperan jadi ada temen makan. Sederhana, cuma mie rebus tiga bungkus sama minuman hangat, tapi obrolannya yang luar biasa. Ngomongin film Petualangan Sherina, ngomongin soal rusa yang makannya cha-cha, bahkan sampai ngomongin pendamping hidup.
Apalagi ya. Banyak sih ceritanya. Paling tidak saya jadi lebih kenal dengan orang orang di regu saya. Ada ka John yang super baik mau nungguin saya yang kalo jalan lambat karena jarang binjas dan potongan rambutnya mirip sama mantan. Ada Ka Abdul yang selama navdar minjemin uang buat bayar transportasi dll karena saya ga bawa uang. Tapi Ka Abdul ini selama latihan matanya merah kaya abis ngegele, padahal karena abis sakit. Kasian. Ada Ka Adlan yang selama ini saya pikir pendiam padahal ternyata suka ngelawak. Dan dia orang Aceh yang ga mau pacaran dan kalo nanti udah nikah mau travelling keliling indonesia sama istrinya. Ada ka Ari yang namanya ditulisnya ga pake E, Ari bukan Arie. Yang kalo men to men sama saya, pasti gampang ngelurusinnya karena sudah sefrekuensi dan sederajat (arah kompasnya).
Disini belajar banget untuk menciptakan kenyamanan dan kehangatan sendiri. Inget waktu PDW Ka Guntur pernah bilang, "Kenyamanan itu kalian yang ciptaman sendiri." Bukan cuma tentang bikin bivak yang nyaman dan bikin api unggun, tapi gimana bisa nyaman sama mereka yang adalah sodara-sodara baru. Ngobrol-ngobrol tentang kegiatannya sehari-hari dan pemikiran masing-masing untuk lebih saling mengenal. Menciptakan kehangatan dari becandaan becandaan yang ga ada abisnya. Membuka diri juga. Ya pokoknya gitu deh. Pertama kalinya tidur sebivak sama Tapak Bara. Masih awkward, jadi waktu tidur dipinggir dan melipir-melipir terus sampe waktu bangun ternyata badannya udah setengah di tanah. Mau ganti baju bingung caranya karena sebivak sama cowo, pake sarungbag ribet, minta mereka keluar karena mau ganti baju, eh saya yang malah diusir. Tapi inget banget, sebelum tidur ada yang bilang gini, "Ga nyangka ya, sarungbag bisa nyaman kieu."
Special thanks to Tapak Bara Bara Rimba yang mau meninggalkan kegiatannya yang lain buat bareng-bareng latihan. Buat kaka-kaka yang juga rela meluangkan waktunya dan merencanakan latihan ini. Sudah mendampingi, membimbing dan rela membagikan ilmunya. Kalian luar biasa. Buat yang berhalangan karena sakit, semoga cepet sembuh, yang ada acara keluarga, semoga bahagia dengan weekendnya dan ditunggu jalan-jalan barengnya! Belom pernah kaannn jalan bareng lagi abis PDW, api unggunan, dan ngobrol seru hehe. Ditunggu kehadirannya di Persami Ceria berikutnya yaaww
Here's a few pic