30 Oktober 2015

Bukankah Saya Seberuntung Itu?

Mencintai seseorang itu mudah. Dicintai seseorang juga mudah. Yang sulit itu sama-sama cinta.

Dan saya beruntung.

Saya menyayangi seorang pria yang juga sayang dengan saya, dan kami berusaha untuk saling menjaga, saling mendukung dan yang terpenting saling membahagiakan. Kami nyaman dengan satu sama lain. Kami bisa membagi apapun, menceritakan apapun. Kami bisa menjadi teman bagi satu sama lain. Dan kami menjadi pribadi yang lebih baik karena bersama.

Bukankah itu yang kita inginkan dari orang yang kita harapkan bisa menemani hidup kita 2, 5, 10 tahun kedepan? Seseorang yang menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Yang mendukung apapun yang baik yang kita usahakan bagi masa depan kita. Yang percaya pada diri kita saat kita tak percaya lagi. Atau yang menjadi penyemangat saat kita hampir putus harapan. Bukankah itu?

Bukankah ia yang pantas mendampingi kita pada masa kesuksesan yang indah nanti adalah ia yang mendampingi kita menjalani betapa sulitnya perjuangan? Yang tau berapa kali kita menangis karena kesulitan dan menghapus air mata itu. Hanya ia yang mau menarik tangan kita diperjalananlah yang pantas menikmati indahnya puncak bersama kita. Bukankah pria seperti itu yang kita harapkan?

Bukankah orang tua kita membesarkan kita saat ini hanya untuk akhirnya nanti menitipkan buah hatinya pada pria yang bisa menjaganya? Yang bisa menghargai dan mengagungkan wanita sebagaimana ia memperlakukan ibunya. Yang akan mencintai kita sepantasnya. Bukankah pria seperti itu yang akan memberikan ketenangan pada orang tua kita saat akhirnya mereka harus rela untuk melepas kota?

Bukankah pada akhirnya yang kita butuhkan hanyalah sebuah rumah untuk bernaung, berlindung, berbagi dan kembali? Rumah bagi hati kita yang lelah karena harus menjadi kuat di luar sana. Rumah yang hangat bagi jiwa kita yang kedinginan. Rumah yang menangkan kegundahan. Dan rumah itu ialah hati dari pria yang mencintai kita dengan tulus.

Dan sekali lagi saya beruntung.

Karena kini saya bersama pria yang dapat saya bayangkan bagaimana akan saya habiskan 2, 5, 10 tahun mendatang bersamanya.

Dengan bahagia.

29 Oktober 2015

Untuk Apa, Tuan?

01
Tuan, kami mahasiswa bukan lagi maha tuan
Kami hanya masuk dan duduk di kelas
Bahkan kami tak mengenal kata idealisme
Lupa kalau kami adalah pengantar suara suara rakyat yang tak terdengar
Tuan kami tak kenal tri dharma perguruan tinggi
Yang kami ingat hanya kami yang paling tinggi

02
Tuan, saya menunduk malu pada tuan
Karena kami bisu

03
Tuan, ingat mahasiswa mahasiswa tahun 98
Mahasiswa mahasiswa yang berteriak karena terikat
Yang makin keras berteriak
Yang menari nari diatas gedung MPR Senayan
Yang menutup jalan dan membakar ban

04
Yang akhirnya menjatuhkan orde baru

05
Tuan, pernah bertanya kemana mereka sekarang
Yang dulu berteriak untuk kemakmuran Indonesia Raya
Yang dulu teriak meminta keadilan
Yang kini harusnya duduk di bangku bangku pemerintahan
Dan tetap meneriakkan keadilan
Haha mereka hilang tuan
Suara mereka diredam jas jas hitam yang mahal
Terlalu nyaman tinggal dalam rumahnya yang mewah

06
Lalu untuk apa lagi tuan kami teriakkan keadilan?
Bila yang dulu menang saja malah berpindah pihak

20 Oktober 2015

Andai malam

Andai malam ini sama seperti malam malam kemarin, dan 1000 malam kedepanpun demikian

Andai tangan itu yang selalu menenangkan

Andai mata itu yang selalu memancarkan ketulusan

Andai bibir itu yang selalu membawa senyum paling ikhlas

Andai wajah itu yang selalu membawa keteduhan

Andai malam kemarin adalah abadi

19 Oktober 2015

Kembali

Senin, pukul 7.03, aku pergi lagi
Kembali ke kehidupanku
Kembali ke kesibukanku
Kembali ke rutinitasku
Kembali ke mimpiku
Kembali ke jalanku
Kembali ke kesendirianku

18 Oktober 2015

Jika

Andai butuh 100 hari lagi untuk merasakan peluk yang sama, maka aku akan bersabar

Bahkan jika butuh 1000 hari lagi untuk merasakan peluk yang sama, maka aku akan tetap menanti

17 Oktober 2015

Menunggu Waktu dan Tempat

Ada yang ingin ku ceritakan padamu. Yang hanya bisa ku ceritakan saat aku berada tak lebih dari sejengkal darimu. Pada saat dimana tak ada suara lain selain suara nafas dan degup jantungmu. Saat kehangatan yang menyelimuti berasal dari tanganmu. Saat aku dan kamu bersatu bagai yang memang dilahirkan begitu.

Ada seribu kata yang tertahan, menunggu untuk diberi waktu dan tempat. Yang ingin terucap meski hanya dalam bisik bisik lirih.

Gie

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah,
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza,
tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu sayangku, bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu, atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandalawangi. 
Ada serdadu-serdadu amerika yang mati kena bom di danau,
ada bayi-bayi yang mati lapar di biafra,
tapi aku ingin mati di sisimu manisku, setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya, tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.
mari sini sayangku, kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak akan pernah kehilangan apa-apa.
nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah berumur tua.
berbahagialah mereka yang mati muda.
makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada, berbahagialah dalam ketiadaanmu.

Biar

Biar ku sendiri lagi malam ini
Biar ku nikmati gelapku
Biar ku nikmati malamku

Biar kau sendiri dalam tidurmu
Biar kau lelap
Biar kau senyap

Biar besok bisa ku sampaikan rinduku

Selamat malam

15 Oktober 2015

Cerita Tentang Burung

Ia berbalik tanpa berkata kapan ia akan kembali.

"Tuan, tuan, aku mau menyendiri saja. Mau masuk lagi kedalam sangkar. Aku tak suka disini, ini bukan tempatku."

14 Oktober 2015

Tapi

Ah tapi lawu belum mau dijamahi, atau Tuhan yang belum mengizinkan aku bercinta dengannya.

Atau mungkin,
Aku yang kini terlalu sombong sehingga dia tak mau lagi bersamaku

Wahai Tuan Robot

Tuan, aku tahu malam malam kemarin kau berjalan sendiri didalam gelap. Tapi tuan aku juga tahu kau dibentuk memang untuk berjalan sendiri.

Tuan, kau yang terkuat yang pernah aku temui. Masalah mental, ujian manapun tak akan mempan.

Tuan, aku tahu kau lelah. Tapi aku juga tahu kau akan tetap setegap dan setegar biasanya. Langkahmu tak akan melambat walau sedikitpun.

Tapi tuan, wahai tuan, cepat kembali izinkan aku memanusiakanmu kembali. Izinkan satu pelukan melonggarkan penjagaan dirimu. Izinkan satu kecupan meruntuhkan kegagahanmu. Izinkan aku menjadi wanita yang memanusiakan robot yang mereka bentuk.

10 Oktober 2015

Andai

Ah, aku rindu

Andai
Bali
Bandung
Bogor
Jakarta
Sedekat seperti saat kita tidur dalam satu tenda yang sama

Lawu

Lawu, aku izin mendua ya,
Izin jamahi yang lain
Izin sandungi yang lain
Izin sandingi yang lain

Lawu, aku izin khianat ya,
Pada panggilan yang kamu suarakan

Lawu, aku izin berpaling
Pada yang paling aku benci

9 Oktober 2015

Mungkin saja, Tuhan

Mungkin saja Tuhan takkan dengar doaku, karena aku habis minum vodka kemarin.

Mungkin saja tuhan takkan dengar doaku, karena wudhuku tak pernah ku niatkan.

Mungkin saja Tuhan takkan dengar doaku, karena dalam sujudku aku lupa untuk apa aku bersujud.

Tapi sore ini aku tak bisa berhenti berharap Tuhan mau mendengar, karena aku mau kau kembali ke pelukanku.

Dan pagi

Dan pagi bertanya, apa beda status dengan komitmen?

Begini... 
/ko·mit·men/ n perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak:

/sta·tus/ n keadaan atau kedudukan (orang, badan, dsb) dl hubungan dng masyarakat di sekelilingnya;

Jadi pilih mana? Aku terikat padamu atau aku duduk?

7 Oktober 2015

Tuan, tuan

Lalu tuan berkata pada waktu,
"Aku yang mengaturmu. Bukan kamu yang mengatur aku."

Tuan putar kembali lima menit yang terbuang.

Tuan tertawa.
Ha.
Ha.
Ha.

Maha

Tuhan maha sendiri. Dan oleh karena kesendiriannya tuhan maha kuat.

Aku tuhan atas diriku sendiri.

Aku tuhan atas hatiku.

Aku tuhan atas kehendakku.

Dan kesendirianku yang membuatku maha semaha mahanya

3 Oktober 2015

Doa

Karena kecintaanku yang terdalam hanya tersimpan dalam doa
Yang ku ucap berbisik pada tengah malan
Yang mengantarkanmu pergi

Dan karena
Kecintaanku yang terdalam adalah lagu
Lagu yang ku lantunkan pada pagi
Berharap kamu kembali

Lagi