16 November 2016

Antara Kekeluargaan dan Program.

Ingin curhat, ingin menuliskan sesuatu yang semoga tidak akan jadi masalah. Tapi ini laman pribadi saya. Saya harap tidak ada yang tersinggung, karena saya tidak pernah bermaksud untuk merendahkan atau menganggap enteng siapapun atau apapun.

Sudah dua setengah bulan semenjak pendidikan dasar berakhir. Sudah berbeda sekarang, kondisinya sudah bukan kita berada di tengah hutan belantara, tanpa pilihan. Kini kita kembali ke dunia masing-masing, ke kehidupan masing-masing. Bukan hanya lagi berkutat dengan pendidikan dasar, tanpa tahu keadaan kuliah atau kerjaan. Yang kuliah kembai menjalankan tanggung jawabnya pada orang tua. Yang kerja kembali mencari nafkah bagi dirinya, dan mungkin keluarganya.

Dan saya maklum, bahwa kita tidak akan pernah bertemu lagi ber-98 Tapak Bara - Bara Rimba. Karena bahkan tidak semua dari kita berniat untuk melanjutkan program tim PPM 2016. Tentu dengan berbagai alasan. Pacar saya kebetulan berada dalam satu organisasiyang sama, dengan pendidikan dasar 2012, dan dia kebetulan tidak menyelesaikan programnya. Saya tahu betul bahwa dia tidak melanjutkan programnya bukan karena tidak adanya loyalitas pada organisasi tersebut, atau karena sengaja ingin meninggalkan organisasi tersebut. Programnya tidak selesai karena setelah pendikan dasar, dia harus menjalani pendidikan polisi dan kemudian mengejar karirnya di kepolisian. Tentu kita maklumi bersama bahwa dalam kepolilsian, orang yang bersangkutan memiliki pekerjaan yang tidak fleksibel dan padat, dengan ikatan dinas dan sebagainya. Dia harus bekerja untuk dirinya dan keluarganya. Bukankan terlalu berlebihann jika karena harus menjalankan tuntutan hidupnya, dia tidak dianggap loyal terhadap organisasinya? Dan yang saya tahu betul lagi, meskipun tidak sering berkegiatan dalam organisasi tersebut, dia tetap akan melakukan apapun untuk membantu kegiatan organisasinya, dan tidak pernah sedikitpun kebanggaan dan kecintaannya pada Elang Kabut - Cantigi berkurang.

Program anggota muda, menurut saya, adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk menjalaninya, dengan mengorbankan waktu, tenaga dan segenap pikiran. Dengan berbagai alasan pula, ada yang memutuskan untuk melanjutkan program atau memilih untuk melanjutkan program. Dan menurut saya, setiap orang berhak menentukan pilihannya sendiri tanpa paksaan. Karena kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang dia hadapi dalam hidupnya. 

Silahkan hakimi saya tidak peduli pada angkatan atau apatis, itu pendapat anda dan saya tidak berhak mengaturnya. Tapi saya akan selalu menghargai keputusan siapapun untuk tidak melanjutkan program. Seperti yang sering dikatakan para senior, organisasi ini akan tetap ada meskipun saya atau anda tidak ada, meskipun angkatan saya tidak ada. Tapi bayangkan sisi lainnya, bagaimana jika ternyata kondisi di rumah saya, jika saya tidak bekerja, keluarga saya tidak akan bisa makan. Atau jika saya tidak lulus kuliah tepat waktu, saya tidak akan bisa membantu orang tua saya menyekolahkan adik-adik saya. Pernah membayangkan hal itu? 

Jika saya dapat mengatur setiap orang di angkatan saya, tentu saya akan membuat kita semua kembali menjalani program bersama. Saya ingin Tapak Bara - Bara Rimba, 98 orang, menjalani program ini bersama-sama lagi. Saling rangkul lagi, saling bantu lagi. Tapi bukan begitu keadaannya, terlalu naif jika kita berharap semua orang akan mengambil pilihan yang sama.

Mereka yang tidak menjalankan program juga adalah bagian dari organisasi ini. Kita lahir dari sebuah penderitaan yang sama. Kita bersaudara karena kita saling mengisi dan membantu disaat-saat tersulit dalam pendidikan kita. Bagi saya, kekeluargaan dalam angkatan kita lebih penting daripada sekedar ikut atau tidak ikut program. Rabuan kemarin, seorang senior mengtakan bahwa hanya kurang lebih 50% dari angkatan Elang Kabut - Cantigi, dan 70% dari angkatan Topan Rimba - Puspa Rawa yang mendapatkan nomor. Tapi apa itu membuat 50% dan 30% sisanya bukan bagian dari organisasi ini?

Untuk teman-teman yang masih memutuskan untuk melanjutkan program hingga hari ini. Saya sangat mengagumi kesungguhan saudara-saudaraku dalam menjalankan janji pada saat pelantikan kita di Situ Lembang 28 Agustus yang lalu. Yakinlah bahwa hal baik sekecil appaun yang kita lakukan pada saat ini akan mendapatkan kebaikan yang sama, bahkan berlipat di masa mendatang. Mari berproses lagi bersama-sama. Dan jangan lupa hakikat kita yang ketiga, W itu sahabat sesama manusia dan saudara-saudata bagi tiap-tiap W lainnya. Jalani dengan ikhlas, bukan karena keterpaksaan dan tuntutan orang lain. Karena dengan adanya keikhlasan, sesering apapun dinasihati atau diberi pelajaran baru, hal tersebut dapat kita terima dengan baik. Jalani dengan riang gembira.

Untuk saudara-saudaraku yang belum dapat menjalankan program anggota muda karena satu dan lain hal, semoga sukses dengan segala hal yang dilakukannya, dengan pekerjaannya, kuliahnya, atau hal lainnya. Semoga di kemudian hari diberi kesempatan untuk kembali ke organisasi ini untuk menjalankan janji yang kita ikrarkan di Situ Lembang 28 Agustus yang lalu. Jangan pernah berpikir malu atau segan untuk kembali. Kalau nanti rindu, main-mainlah dengan saudara kita yang lain. Jangan menghilang dan seolah kita tidak pernah melalui apapun bersama. Kita tetap saudara.

Dan lalu, untuk Ka Mansyur (bersama tim PPM 2016 yang lain) yang entah membaca ini atau tidak. Terima kasih atas kesabarannya. Kakak pernah bilang bahwa kakak akan tetap melanjutkan program ini hingga selesai, meskipun nanti hanya tersisa 1-2 orang yang bertahan. Sadar atau tidak, kakak mengajarkan saya arti integritas. Saya baru di organisasi ini, saya tidak tahu bagaimana organisasi ini berjalan, terima kasih atas bimbingannya 10 minggu ini, dalam setiap rabuan dan di luar rabuan. Saya tidak tahu bagaimana danmamud lain menjalankan program PPMnya, tapi yang saya tahu, program yang saya jalani sekarang adalah program yang menyenangkan. Terima kasih atas segala kesabaran, pengertian, bimbingan, nasihat, pengetahuan, peringatan, rasa kekeluargaan, dan banyak hal lain yang saya dapat saya ungkapkan satu persatu. Mungkin klise, tapi bagi saya, jasamu abadi. 

Terakhir, saya menulis bukan karena saya merasa benar, atau saya merasa bahwa saya adalah yang paling rajin di organisasi ini. Saya sadar diri bahwa saya masih jarang piket dan program saya masih bolong-bolong. Semoga ini bisa menjadi sumbang pemikiran untuk saudara-saudara sekalian. Dan saya sangat berharap semoga tidak ada yang tersinggung atau bermasalah dengan tulisan ini karena saya tidak bermaksud menyinggung siapapun, saya menyayangi 97 orang Tapak Bara - Bara Rimba, every single one. God bless we all.

1 komentar: