1 Desember 2014

Abu-abu ?

Kita diciptakan olehNya sebagai manusia dan diberi akal, setiap individu diberi satu otak agar kita bias berpikir sendiri, menalar sendiri, mencoba mengerti sendiri, mengatati sendiri, menyimpulkan sendiri, dan memutuskan sendiri apa yang akan kita lakukan. Dia menginginkan kita untuk memiliki keyakinan.
 
Aku masih dalam masa bukan anak kecil dan belum benar-benar dewasa. Aku masih 17 tahun. Masih baru membuka mata di dunia yang dikatakan 'sebenarnya'. Dimana ada orang jahat yang baik dan ada orang baik yang jahat. Dimana benar dan salah menjadi relatif. Dimana ada abu-abu diantara hitam dan putih. Ya, mereka bilang agar bias tetap bertahan kita harus bias menjadi abu-abu, agar bias tetap berdiri baik di sisi hitam maupun di sisi putih. Tapi itu kata mereka.
 
Terlalu abu-abu. Kita takut untuk menjadi berbeda, kita takut untuk terlihat oleh yang lain. Doktrin yang menyelubungi seluruh manusia di seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi tetap homogen di dalam lingkungan yang menjadi lebih heterogen. Mereka menghakimi kita saat kita menjadi terlalu berbeda. Mereka hanya membutuhkan orang-orang yang mau mengikuti apa yang mereka katakanan. Ada pengekangan yang tidak terlihat pada masa yang katanya era-modernisasi ini.
 
Mari ambil contoh dari hal yang ada di lingkunganku setiap hari, sekolah. Lembaga yang katanya, ditujukan sebagai lembaga pendidikan. Bukan hanya lembaga pengajaran formal, tapi lembaga pendidikan. Selain meliputi pendidikan formal, (harusnya) juga meliputi pendidikan rohani dan lainnya. Tapi itu katany. Jujur aku sebagai murid disini tidak merasa hal itu yang benar-benar mereka inginkan.
 
Persetan dengan berbagai omong kosong kata para petinggi dinas pendidikan, suku dinas, kepala sekolah. Entah siapa yang menjadi boneka dan siapa dalangnya, tapi terima kasih, aku tidak mau ada didalam drama dan permainan kalian. Katakanlah kebohongan kebohongan itu lagi, tentang apa yang kalian akui kalian 'ajarkan' kepada kami, dan bungkamlah lagi seperti biasa mulut kami agar kami tidak bias meneriakkan bahwa itu semua omong kosong.
 
Aku lelah dengan dramanya. Berhenti mencoba untuk membuatku turut serta bersama ratusan pelajar lain untuk menjadi boneka. Berhenti mencoba mengatur seluruh gerak kami. Kami muda, dan kami membutuhkan lebih banyak ruang gerak daripada kalian yang sudah waktunya untuk berhenti memainkan drama ini. Kalian bukanlah Tuhan, berhenti untuk meminta kami menuruti semua keinginan kalian. Kalian tak selalu benar, berhentilah menutup kuping dari teriakan-teriakan kami karena jika tidak, kalian akan segera masuk ke tempat sampah. Dan berhenti meminta kami untuk menghargai kalian, penghargaan bukan sesuatu yang dapat dengan mudah didapatkan, bahkan meskipun kalian adalah 'guru'.
 
Berhenti mengatakan ke masyarakat bahwa kalian menginginkan siswa, pemuda yang aktif dan kreatif. Persetan. Makan lagi saja omongan kalian. Kalian tidak pernah memberikan ruang bagi kami untuk berkarya. Bahkan untuk berkegiatan aktif di ekstrakulikuler saja kini sudah kalian larang. Lalu dimana kami bisa berkarya dan berprestasi? Dimana kami bisa mengembangkan dan menunjukkan apa yang kami miliki? Kami tidak pernah meminta kalian untuk membantu kami melangkah, kalian tidak perlu jika tidak mau, yang kami butuhkan hanyalah ruang bergerak dan berkarya.
 
Berhenti menjdikan kami robot karena kami bukan robot, dan kami bukan juga pesuruh kalian. Berhenti menghilangkan suara kami karena kami juga berhak berbicara. Lalu apa kalau kami ingin menyampaikan kritik? Kalian pernah bilang kalian menginginkan generasi muda yang kritis bukan, atau itu hanya satu lagi kebohongan publik? Dan lalu jika kami tetap ingin bersuara kalian menghukum kami dengan pembelaan kalian bahwa kami melawan guru? Kalian hanya mencari cara agar kalian tak tersentuh, karena kalian terlalu arogan, kuping kalian tuli seperti para petinggi negara yang lain. Iyakah?
 
Bapak dan ibu yang terhormat, jadi apa yang kalian inginkan? Apakah kalian ingin menjadi seorng pendidik atau pengajar? Jika sebatas pengajar, maka berhenti untuk ikut campur dalam kehidupan pribadi kami, berhenti untuk mengurusi tingkah laku kami karena tugas kalian hanyalah menyampaikan apa yang memang harus disampaikan berdasarkan pada matrix kurikulum, dan oleh karena itu kalian tidak berhak untuk mengurangi nilai kami jika kami berlaku buruk. Tapi jika ingin menjadi seorang pendidik, mari bantu kami, mari rangkul dan bimbing kami, jangan lepaskan kami begitu saja jika kami salah dan mengatakan bahwa itu semua adalah tanggung jawab kami lalu seenaknya melakukan drop-out dari sekolah.
 
Bapak, ibu, terima kasih telah menunjukkan kepada kami bagaimana dunia sebenarnya. Bahwa ada orang-orang tidak baik yang bersembunyi di balik status mereka. Ada orang-orang yang memanfaatkan kedudukannya untuk membungkan orang-orang lain yang lebih lemah. Bahwa untuk terlihat baik di mata publik, yang perlu dikatakan hanyalah kebohongan-kebohongan manis. Sekali lagi terima kasih.
 
 
 
Tanda tangan,
 
Siswa SMA tahun 2015
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar