16 Desember 2014

Sayangku, Tak Rindu kah?

Sayangku, pagi ini indah ya. Aku duduk di sebuah lembah indah yang sunyi yang jauh dari manapun, duduk di batu besar di tepi sungai dekat dengan deburan air yang dibelah batu. Aku merasakan dinginnya air menyapu kakiku.  Aku memandangi awan paling putih  yang ada pada langit paling biru. Aku menikmati setiap tarikan nafasku, merasakan setiap molekul molekul oksigen yang masuk tanpa tercemar apapun. Titik-titik embun masih menggantung pada ilalang-ilalang di tepi sungai. Laba-laba berdiam di sarangnya menunggu mangsa. Burung-burung yang baru bangun dari tidur mereka terbang berputar-putat. Hijau sepanjang mata memandang sayang, disini tak ada suara motor, tak ada bising, tak  ada debu dan asap, namun juga tak ada kamu.
 
Sayangku, aku duduk di tempat yang selalu aku rindukan, yang hadir dalam anganku saat aku berdiri, duduk, tidur di tempat yang jauh dari sini. Suara setenang ini, udara sedingin ini, air sejernih ini, langit secerah ini, alam sehijau ini, hidup sedamai ini sayang yang aku selalu dambakan. Namun ada yang kurang dalam harmoni ini sayangku. Kamu. Entah sejak kapan kekurangan akan hadirmu membuat kekosongan yang tak bisa terisi setiap kali aku mencoba menikmati harmoni ini. Kekosongan yang hanya bisa diisi oleh kamu disini, disisiku.
 
Sayangku, aku tahu kamu juga mencintai suasana seperti ini. Jujurlah padaku, kamu juga pasti merindukannya saat kamu berdiri, duduk, tidur di tempat yang jauh dari sini. Setiap ceritamu menyiratkan rindumu menjajaki gunung, lembah, sungai, tebing, rawa, dan aku bisa membacanya sayangku. Jauh sebelum aku mengerti keindahan dalam kesunyian, kamu sudah biasa menenggelamkan dirimu didalamnya. Sayang, aku kini menenggelamkan diriku di dalam suasana yang kamu cintai dan kamu dambakan. Aku disini sayangku. Aku kini mulai bermain di alam yang jadi tempat bermainmu dulu. Dan aku duduk disini sayang, aku membuka diriku, aku mau menyatu lagi pada alam tempat kita semua dilahirkan.
 
Sayangku, kamu sudah menenggelamkan dirimu dalam suasana seperti ini jauh sebelum aku mulai bisa menemukan suasana seperti ini. Dan kamu berhenti tepat di saat aku mulai menapakinya. Sayang, aku ingin melihat banyak keindahan yang kamu pernah lihat. Sayang, aku ingin melihat surga-surga yang pernah kamu datangi. Tapi kini kamu sudah tidak lagi mendatangi surga-surga itu ya? Hidupmu kini terjebak di antara gedung-gedung tinggi Jakarta bersaing dengan karbon-karbon di udara yang menyesakkan? Tak bisakah kamu sejenak berhenti untuk kemudian datang kembali ke tempat-tempat yang selalu kamu rindukan? Mungkin kamu lupa betapa indahnya duduk ditempat seperti ini.
 
Sayangku, aku ingin kamu yang membawaku mendatangi sepercik surga yang tersembunyi dalam bumi Indonesia kita. Aku ingin kamu yang mengajakku mendaki lebih tinggi untuk mencapai puncak-puncak terindah yang tersembunyi di atas awan. Aku ingin kamu yang berjalan bersamaku menapaki jalan-jalan berbatu menuju ke antah berantah yang menyembunyikan sejuta keindahan yang tak bisa tergambarkan. Aku ingin kamu yang memberitahuku bagaimana caranya menikmati memandang dari ketinggian dari atas tebing tebing batu yang terlihat angkuh dan tak mau disentuh. Aku ingin kamu yang bersamaku meninggalkan jejak-jejak langkah di jalan setapak yang kita lalui.
Sayangku, kamu yang mengenal dunia ini jauh lebih aku yang baru mulai melangkahkan kaki ke dalamnya. Sayang, kapan kamu ajak aku menikmati potongan surga yang tersembunyi dalam bumi Indonesia kita? Aku tunggu sayang, kembalinya kamu nanti pada dunia sedamai dan seindah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar