13 September 2018

Tawakal

beberapa bulan ke belakang, setahun kebelakang mungkin, sejak berusia 20tahun-an saya merasa menajdi diri saya yang berbeda. yang tidak memiliki semangat menggebu-gebu seperti sedia kala. tidak lagi menjadi naif dengan ingin merubah dunia, saya hanya ingin bertahan hidup. survive, tanpa menjadi terbelakang atau tertinggal. saya merasa tidak seceria, sebahagia sebelumnya. mungkin memang saya memilih untuk tidak berbahagia dan tidak berbaik hati. saya bahkan tidak membentuk ikatan emosional dengan banyak orang.

karena saya merasa, kadang, seringkali hidup tidak sesuai dengan yang saya harapkan. teman-teman saya, tias, bahkan orang tua dan keluarga saya. jadi saya berhenti berharap pada siapapun, saya berusaha untuk berhenti berharap pada manusia. dan sayangnya, mungkin dalam banyak hal saya terlalu banyak berharap kepada tias. berharap tias akan menyelamatkan saya dari kehidupan yang tidak bahagia ini. berharap pada saatnya nanti saya hanya perlu memikirkan untuk berbakti kepada tias dan bekerja keras untuk anak saya. 

mungkin saya lupa menyerahkan ini semua kepada tuhan. di 6 bulan sebelum pernikahan ini, mungkin tuhan bilang belum saatnya saya mendapatkan apa yang saya inginkan. mungkin memang tuhan belum merestui saya menikah. saya tadinya pikir, setelah kuliah selesai, saya tidak harus menghadapi dunia sendiri karena saya akan memiliki pelindung, memiliki rumah untuk kembali. tapi nampaknya tuhan ingin saya tidak terlena pada angan-angan kenyamanan.

mungkin tuhan ingin saya berfokus pada diri saya dulu, menjadi manusia yang baik sebelum berumah tangga. berkelana lagi sebelum akhirnya menikah. saya sempat berpikir untuk tidak bekerja sementara waktu, menggantungkan diri beberapa saat pada orang lain, dengan tanggung jawab memasak, mencuci dan membersihkan rumah, bukan belajar atau mencari uang. mungkin ini cara tuhan memperingatkan saya agar bagaimanapun keadaan saya nanti, terlepas dari harapan saya, saya harus bertanggungjawab pada diri saya sendiri, bisa makan sendiri, tanpa menunggu diberi oleh orang tua atau calon suami nanti.

entah saya harus menangis dan meminta tuhan mengabulkan doa saya, atau berterimakasih atas apa yang telah tuhan berikan pada saya, pengingat bahwa saya harus menjadi perempuan yang mandiri sebelum akhirnya benar-benar ada yang meminang, dan bahwa saya kurang berserah diri kepada tuhan. terlalu banyak harapan saya yang saya minta tuhan kabulkan, kadang saya lupa bahwa pada akhirnya tidak semuanya tergantung saya.

tuhan, saya bersedih hati. tuhan saya gundah. tapi saya tahu bahwa engkau akan menunjukkan jalannya. jika satu pintu tertutup, saya tahu tuhan bahwa engkau akan memberikan jalan lain. bismillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar