4 September 2018

kalau nanti aku menikah dengan tias, atau kalau nanti aku putus lalu menikah dengan orang lain, aku mau diriku di masa depan membaca ini.

entah bagaimana, beberapa bulan sebelum menikah ini ada aja cobaannya. berantem terus. kaya yang tidak bisa bahagia, entah karena aku yang marah marah terus atau karena tias menyalahkan aku lalu aku merasa bersalah, padahal mungkin dia yang salah.

tias bohong, dua kali. sepele. tias pergi, dan ada perempuannya, lalu dia ngga bilang. aku marah. pantas? atau lebay? lalu aku cemburu, wajar kan sebagai wanita? lalu di kesalahan pertama, aku minta tias unfollow instagram perempuan itu, tias ngga mau, sampai tias bilang gapapa kalau aku mau udahan. aku ga tau tias ga tau atau ga mau tau, bahwa permasalahannya adalah dia lebih memilih menjaga perasaan perempuan yang entah siapa di banding perasaan calon istrinya. lalu yang kedua baru aja, nama perempuannya Sonia. polisi. perek. maaf aku bicara kasar.

tapi aku akhirnya baikan setelah masalah pertama, aku pikir pernikahan aku dan tias lebih penting di bandingkan dengan hal sepele. lalu tias mengulang kesalahan yang sama, entah kenapa. dan aku takut tias mengulangi hal yang sama ketiga, keempat dan ke lima kalinya.

terakhir di masalah pertama, tias bahas bahas soal aku pernah dekat dengan laki-laki di semester awal kuliah. aku bukan orang suci, aku mengakui aku salah. dan aku benar benar menyesal. kemudian aku tidak pernah mengulangi kesalahan yang sama, karena itu yang seharusnya dilakukan setelah meminta maaf. dan andai alasanku untuk dekat waktu itu penting, dulu aku menyukainya karena dia mengatakan aku cantik, setiap hari. yang mana sebelumnya, tias tidak pernah sekalipun mengatakan aku cantik. sesederhana orang itu tidak pernah mengatakan aku jelek atau bodoh, tidak pernah menghinaku. semu, tapi penting ku rasa bagi seorang wanita.

instagramnya perempuan semua, aku berusaha tidak marah. dia menghapus dm dari perempuan yang tidak tahu apa, aku tidak marah. tias sering mengatakan "tapi sejak pacaran aku ga pernah megang tangan perempuan lain." sayang, kasih itu bukan hanya soal memegang tangan. tapi siapa perempuan yang ingin kau ajak berkeluh kesah ketika kau gundah, apakah perempuan itu masih aku?

aku bukan orang suci.
tapi aku tidak pernah sekalipun lagi menyukai laki-laki lain 

dan sekarang aku bingung, apakah ini cobaan? atau apakah ini Tuhan sedang memperingatkan aku dan kamu bahwa kita memang tidak seharusnya bersama.

seandainya kamu bahagia dengan yang lain mas, seandainya kamu sudah lelah bertengkar denganku, seandainya ada perempuan yang lebih membuat kamu bahagia, maka kamu tidak pantas lagi untuk menikahiku. jangan. jangan berani beraninya meminta aku pada ayahku jika aku bukan perempuan yang ingin kamu jaga hingga kamumati. aku mencintaimu, sepenuhnya, setulusnya, selalu, bahkan disaat aku galau. tapi aku punya harga diri dan kebanggaan. jika kamu tidak bisa menghargaiku, maka aku lebih baik sendiri.

aku akan mengizinkan kamu pergi dengan perempuan manapun, selama ia adalah temanmu, dan kamu tidak akan mencium dan memeluknya di akhir hari. tapi kamu memilih untuk berbohong, dua kali, atau entah berapa kali tuhan yang tahu.

aku sedih, tapi aku punya harga diri. aku tidak akan mengemis kedua kali untuk orang yang aku cintai. ketahuilah bahwa selama ini aku percaya bahwa kamu akan menjagaku, dan menyayangiku. dan aku masih percaya. tapi apakah aku masih perempuan yang membuatmu bahagia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar