2 Mei 2017

Tergantung Bajumu, Dek

Hari ini,  2 Mei 2017, bertepatan dengan hari pendidikan nasional, saya turut serta turun ke jalan, menyampaikan aspirasi kami, mahasiswa. Kami menyambangi gedung DPRD Jawa Barat serta Gedung Sate.

Hampir setahun yang lalu,
30 Juli 2016, saya pernah berada disini, di Gedung Sate. Betapa merasa terhormatnya saya diberikan kesempatan untuk berdiri bersama teman-teman di sana. Mendapatkan sambutan yang hangat. Pak Ahmad Heryawan (Aher), Gubernur Jawa Barat, memuji kami, menyalami kami dengan jabat eratnya. Bahkan beruntungnya, saya sendiri berkesempatan berdiri dengan bangga di depan sebagai perwakilan yang dipasangi patch secara langsung oleh Pak Aher. 

Saya pikir, "Betapa baik dan mulianya beliau sebagai seorang pemimpin rakyat."

Hari ini,
2 Mei 2017, saya bersama teman-teman mahasiswa beritikad untuk menemui beliau. Sedikit berdialog. Menyampaikan suara kami, mahasiswa. Kami ingin membantu. Mungkin beliau sibuk, sehingga sulit untuk turun langsung melihat keadaan pendidikan di Jawa Barat. Kami telah dengan saksama mengumpulkan data serta membuat kajian, sehingga beliau tinggal menerima dan membacanya. Tapi selain itu, kami juga membuat beberapa tuntutan, sederhana, mengenai transparani alokasi dana pendidikan di Jawa Barat yang tergolong tinggi.

Tapi pak, hari ini nampaknya bapak tidak berkenan menemui kami. Padahal, saya mengharapkan jabatan tangan yang sama eratnya dengan yang kemarin. Bahkan, kali ini ada barisan polisi yang menghalangi serta pagar tinggi yang tidak dibukakan untuk kami. Padahal tahun lalu pak, bapak membuka pagar itu selebar-lebarnya. 

Apa ini perihal baju yang saya kenakan pak? Apa ini perihal bendera yang saya bawa? Padahal saya manusia yang sama pak, yang bapak jabat erat tangannya tahun lalu.

Ini baru saya pak. Apa semua masyarakat juga mengalami hal yang sama? Mau tidaknya bapak bertemu kami tergantung baju yang kami kenakan. Apa itu arti keadilan pak? Padahal kami semua adalah sama, rakyat bapak. Kami membayar pajak yang sama. Kami hidup dan makan di atas tanah yang sama. Kami terikat pada aturan yang sama. Tapi sayang, mungkin bapak tidak mau menemui kami karena kami tidak memakai batik yang rapih.

Terima kasih pak, bapak menunjukkan kepada saya arti ketidakadilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar