26 Januari 2017

Kekerasan di Pendidikan Dasar. Apa Baru Kali Ini?

Saya tahu, ada organisasi2 yang masih menganut kekerasan dalam budayanya. Saya pernah melaluinya, dan saya pun pernah melakukan kekerasan serupa.

Oleh karena itu..
Salahsatu organisasi saya sedang berjuang sedemikian rupa untik menghapus budaya tersebut. Sedang bekerja keras menemukan metode baru untuk menempa adik-adiknya sehingga mentalnya kuat. tanpa kekerssan dan dengan aturan aneh untuk dibatasinya lokasi pendidikan dasar, sulit rasanya mengenalkan alam bebas kepada mereka, membuat mereka terlatih. Lebih sulit lagi, mendidik angkatan-angkatan peralihan untuk mau tidak mendendam dan secara bersama-sama belajar menjadi lebih baik.

Tapi orang yang tidak mengalaminya tidak akan mengerti betapa pentingnya pendidikan dasar. Mereka yang meninggal di gunung kebanyakan tidak memiliki dasar kemampuan bertahan hidup yang baik. Apa mereka semua yang naik gunung tahu apa yang harus dilakukan saat tersesat? Apa mereka semua tahu bahwa tidur menggunakan baju basah lebih berebahaya daripada tidur tanpa baju? Apa mereka semua tahu bahwa kekurangan minum akan memiliki dampak sedemikian rupa? Pantas kan kalau hilang-hilangan?

Waktu saya SMA, kami selalu diberitahu ada 2 gaya pendidikan dasar, yaitu gaya Mapala UI dan gaya 'organisasi lain'. Gaya Mapala UI ini sejak lama sudah anti kekerasan dan katanya punya sistem keorganisasian yang baik. mereka menempa dengan menempatakan siswanya bukan hanya dengan tempaan di alam terbuka namun juga melatih mental dalam berorganisasi. mapala UI ini juga menghargai pendidikan dan bahkan menempatkan IPK pengurusnya di website mereka. Gaya ini kurang populer dan kebanyakan tidak mau diikuti oleh siswa-siswa SMA yang memandang hal itu 'gak seru'

Organisasi lain ini, kebalikannya. Penuh dengan tempaan fisik. Saya kebetulan berkesempatan untuk mengenal seseorang dari organisasi ini. Wah berat katanya organisasi ini. Rumor yang berkembang di siswa-siswa SMA adalah organisasi ini memberlakukan tamparan dan hukuman fisik di dalam latihan dasar mereka. Dan ini menjadi hal yang populer. Sialnya, siswa SMA ini masih belum bisa menakar hukuman fisik seperti apa yang pantas dan tidak pantas diberikan, dan bahkan melakukan hukuman fisik kepada adik-adiknya untuk membalas dendam.

Isu kematian Mahasiswa UII, sama dengan isu kematian siswa SMAN 3 Jakarta beberapa tahun yang lalu. Wah sempat populer tuh sampai katanya seluruh pecinta alam se-DKI Jakarta mau dibubarkan. Gimana saya sebagai pengurus waktu itu ga ikut geger? Toh akhirnya kami membentuk sejenis Asosiasi Siswa Pecinta Alam Se-DKI Jakarta untuk secara bersama-sama berupaya melakukan mediasi serta tuntutan untuk tidak sembarangan membekukan semua oganisasi.

Tewasnya Arfiand berbuntut panjang. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun mengancam akan membekukan ekstrakulikuler pecinta alam di tingkat SMA. "Seluruh kepala sekolah sudah seminggu melarang kegiatan yang sama. Seluruh pendidikan di dunia tidak ada yang memperbolehkan aksi kekerasan. Apalagi kalau mengganggu keamanan dan kenyamanan orang," ungkap Lasro.
Ancaman Lasro ditanggapi protes para pecinta alam. Mereka bahkan menggagas petisi online untuk menolak pembubaran ekskul pecinta alam di SMA. Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, akrab disapa Ahok, menilai bahwa Dinas Pendidikan terlalu cepat menutup kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam di sekolah-sekolah di Jakarta.


Ahok mengatakan, seharusnya kegiatan ekstrakurikuler tersebut tidak langsung ditutup, melainkan dikaji ulang. "Makanya aku pikir ini reaksi yang terlalu cepat. Makanya saya katakan nggak boleh kaya pemadam kebakaran, bukan menghapus, tapi tunda dulu, kaji, siap nggak guru-gurunya," kata Ahok di Balaikota Jakarta, Selasa (1/7).

Berita Lengkapnya


Saya pernah terlibat dalam prosesnya, jadi saya tahu benar, bukan hanya dengar-dengar, Saya tahu kronologisnya, karena saya berbicara langsung dengan mereka yang dituntut melakukan penganiayaan. Jadi saya gak suka kalau ada yang sok paling ngerti atau bicara-bicara perihal hal tersebut dengan sok tau.

Akhirnya, saya mengakhiri curhat sekaligus penyampaian simpati saya dengan penutupan bahwa mungkin memang sebaiknya kekerasan pada pendidikan dasar pecinta alam ditiadakan, dan harus ditindaklanjuti dengan kajian untuk mencari cara yang tepat untuk mendpatkan hasil yang baik. Setiap pecinta alam ingin menempa anggotanya untuk menjadi tahan banting, kuat mental. Mari bersama-sama cari cara baru.

Cheers,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar