Dan saya beruntung.
Saya menyayangi seorang pria yang juga sayang dengan saya, dan kami berusaha untuk saling menjaga, saling mendukung dan yang terpenting saling membahagiakan. Kami nyaman dengan satu sama lain. Kami bisa membagi apapun, menceritakan apapun. Kami bisa menjadi teman bagi satu sama lain. Dan kami menjadi pribadi yang lebih baik karena bersama.
Bukankah itu yang kita inginkan dari orang yang kita harapkan bisa menemani hidup kita 2, 5, 10 tahun kedepan? Seseorang yang menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Yang mendukung apapun yang baik yang kita usahakan bagi masa depan kita. Yang percaya pada diri kita saat kita tak percaya lagi. Atau yang menjadi penyemangat saat kita hampir putus harapan. Bukankah itu?
Bukankah ia yang pantas mendampingi kita pada masa kesuksesan yang indah nanti adalah ia yang mendampingi kita menjalani betapa sulitnya perjuangan? Yang tau berapa kali kita menangis karena kesulitan dan menghapus air mata itu. Hanya ia yang mau menarik tangan kita diperjalananlah yang pantas menikmati indahnya puncak bersama kita. Bukankah pria seperti itu yang kita harapkan?
Bukankah orang tua kita membesarkan kita saat ini hanya untuk akhirnya nanti menitipkan buah hatinya pada pria yang bisa menjaganya? Yang bisa menghargai dan mengagungkan wanita sebagaimana ia memperlakukan ibunya. Yang akan mencintai kita sepantasnya. Bukankah pria seperti itu yang akan memberikan ketenangan pada orang tua kita saat akhirnya mereka harus rela untuk melepas kota?
Bukankah pada akhirnya yang kita butuhkan hanyalah sebuah rumah untuk bernaung, berlindung, berbagi dan kembali? Rumah bagi hati kita yang lelah karena harus menjadi kuat di luar sana. Rumah yang hangat bagi jiwa kita yang kedinginan. Rumah yang menangkan kegundahan. Dan rumah itu ialah hati dari pria yang mencintai kita dengan tulus.
Dan sekali lagi saya beruntung.
Karena kini saya bersama pria yang dapat saya bayangkan bagaimana akan saya habiskan 2, 5, 10 tahun mendatang bersamanya.
Dengan bahagia.