16 Februari 2015

Hujan Desember

Aku duduk disini sudah cukup lama. Menanti. Menanti kamu yang entah akan datang atau tidak. Menanti dengan sabar, menanti dengan benar. Menanti dalam sunyi. Menanti di bawah hujan Desember.

Sudah pukul empat. Harusnya kamu sudah disini. Harusnya aku sudah dapat memandang wajahmu yang basah karena hujan. Harusnya kamu sudah memelukku disini. Dan kamu harus bias sadari aku masih menantimu di bawah hujan Desember.

Mungkin kamu tak pernah mengira aku masih disini. Masih berharap kamu akan membawa senyuman di bawah langit kelabu. Atau mungkin kamu tidak pernah mengerti bahwa aku selalu mengharapkan setiap kemungkinan yang kamu berikan. Aku tak pernah berhenti menantimu.

Aku kesepian. Mereka bilang aku harus berhenti menantimu, berhenti berharap pada setiap ketidakpastian. Agar aku bisa berhenti menangisi kenyataan dari ketidakpastian yang aku hidupkan. Mereka bilang harus. Aku bilang tak bisa.

Aku sadar aku lelah. Kamu sadar kamu lelah. Aku harap kamu tahu aku lelah. Aku tahu kita ingin pergi dari keadaan seperti ini, dimana kita saling memberatkan hati, saling memberi dan menerima ketidakpastian. Dan kita bisa pergi dari sini, tapi apakah kita bisa pergi dari keadaan seperti ini tanpa harus pergi meninggalkan satu sama lain?

Dan sampai pukul empat aku masih selalu berharap pada setiap ketidakpastian. Aku masih menantimmu di bawah hujan Desember.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar