Ada terlalu banyak emosi malam ini. Aku jadi lelah sendiri. Ada terlalu banyak hal yang tak disini lagi esok. Atau aku yang tak disini lagi.
Dan mulai besok, siapa yang ku cium tangannya setiap pagi? Dan siapa yang bisa dengar tangisku pada akhir hari hari yang melelahkan? Pada pelukan siapa lagi aku bisa bersembunyi dari mimpi mimpi suramku? Membayangkan suara wanita yang selalu menguatkanku hanya bisa ku dengar dari telefon.
Oh betapa aku akan merindukannya. Oh betapa aku akan merindukan setiap pelukannya.
Kasihku. Kasihku yang makin jauh. Kasihku yang ku tinggal sendiri di Jakarta. Kasihku yang tak ku beri lebih banyak waktu untuk berdekatan. Oh maafkan. Andai jarak tak terasa senyata dan semenyiksa ini. Andai citaku sejalan dengan cintaku. Kasihku, maaf.
Dengan mereka yang bersamaku menulis cerita masa SMA, yang kini berjalan lebih jauh, terbang lebih tinggi, sendiri. Yang dulu berbagi duka hingga berbagi kentang goreng, dan kini hanya bisa berbagi kata rindu dan kenangan. Yang jauh. Yang saling meninggalkan tapi juga saling merelakan. Andai mimpi tak sekuat itu, mungkin kita masih tetap tertawa di lapangan softball.
Dan kamar kosong yang baju bajunya tak ada lagi di lemari. Kamar gelap tempat ribuan anganku datang dan berlalu. Bantal yang telah ribuan kali basah terkena air mata. Cermin cermin di dinding, padamu aku titipkan cerita cerita yang hanya aku dan engkau yang tau. Kamar kecil tempatku menangisi patah hati pertamaku, kamar kecil tempatku meringkuk di bawah selimut saat mati lampu.
Kadang lucu aku pikir semua akan tetap pada tempatnya, dan kita akan tetap disini. Lucu, karena aku lupa semuanya tak akan pernah sama lagi esok.